Ekstraksi Kedalaman Laut Menggunakan Data Spot-7 di Teluk Belangbelang Mamuju

Sea Depth Extraction Using Spot-7 Data in Mamuju Belangbelang Bay

Authors

  • Arya Arya Mahasiswa Program Studi D-III Hidro-Oseanografi, STTAL
  • Gathot Winarso Dosen Pengajar Prodi D-III Hidro-Oseanografi, STTAL
  • Endro Sigit Kurniawan Dosen Pengajar Prodi S1 Hidrografi, STTAL

DOI:

https://doi.org/10.37875/hidropilar.v2i1.39

Keywords:

SDB, SPOT-7, Lyzenga

Abstract

Dinas Hidro-Oseabografi TNI AL merupakan salah satu lembaga yang memiliki tugas menyediakan Peta Laut untuk kepentingan keselamatan pelayaran. Salah satu unsur dalam Peta Laut adalah unsur kedalaman laut. Namun untuk memetakan seluruh wilayah Perairan Indonesia, membutuhkan tenaga, biaya dan keahlian yang sangat besar karena tingkat kesulitan yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan pemetaan perairan laut. Teknologi penginderaan jauh memberikan peluang untuk pemetaan batimetri perairan dangkal secara efektif dan efisien, terutama di daerah yang memiliki tingkat perubahan kedalaman yang relatif cepat. Tulisan ini membahas apakah kedalaman laut bisa diekstrak dari data penginderaan jauh dan berapa ketelitiannya. Agar dapat dimanfaatkan dalam mendukung tugas Dishidros dalam menyediakan data Peta Laut. Sehingga pada penelitian ini dikaji tingkat ketelitian batimetri yang diekstrak menggunakan Data SPOT-7 dengan resolusi spasial 6 meter di Perairan Teluk Belangbelang Mamuju Sulawesi Barat. Data lapangan yang digunakan adalah data survei hidrografi untuk pendaratan amphibi di Teluk Belangbelang Mamuju. Metode yang dikaji dalam penelitian ini adalah metode yang dikembangkan oleh Kanno et al (2011) yang dikaji dari Metode Lyzenga (2006) yang terdiri dari 4 jenis yaitu Lyzengga (2006) murni (LYZ), KNW dengan pengembangan dari LYZ dengan penyeragaman asumsi pengaruh kolom air dan atmosfir, SMP yaitu dengan menambahkan regresi semi-parametrik, STR (Spatial Trend) dengan mengkoreksi faktor error pada koordinat pixel, dan TNP yaitu gabungan dari ketiga metode antara lain: KNW, SMP dan STR. Data batimetri hasil kelima metode dianalisa dengan menggunakan data lapangan dan dihitung orde ketelitian berdasarkan standar IHO-S44 yang terdiri dari orde spesial, orde 1A/1B,  dan orde 2. Hasil analisa menunjukkan bahwa metode terbaik adalah metode STR dengan ketelitian kesalahan rata-rata paling kecil yaitu 1,14 meter namun bila menggunakan parameter kualitas data didapatkan metode TNP memiliki kualitas data paling baik dimana persentase terbanyak pada orde spesial, 1A/1B dan orde 2. Hasil terbaik dengan ketelitian hampir 70% pada keseluruhan data didapatkan melalui metode TNP pada orde 2. Begitu juga persentase terkecil yang tidak masuk orde ketelitian adalah metode TNP dengan nilai 30,32%. Ketelitian pendugaan kedalaman dengan metode STR untuk kedalaman <0 m adalah 0,11 m, 0 - 2 m adalah 0,25 m, 2,1 - 5 m adalah 0,68 m. Kedalaman maksimal yang dianalisa adalah 25 m yang diambil dari berbagai asumsi.

References

Arief, M. (2012) Pendekatan Baru Pemetaan Bathimetric Menggunakan Data Penginderaan Jauh Spot Studi Kasus : Teluk Perigi Dan Teluk Popoh. Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 10 No. 1 Juni 2012 : 71-80

Danoedoro, P. (1996), ”Pengolahan Citra Digital”, Teori dan Aplikasinya dalam Bidang Penginderaan Jauh. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada. 254 hlm.

Dishidros TNI-AL. (2006), “Survei Hidrografi”, Jakarta.

Gaswara G. D., Winarso, G., Swargana, N., dan Sidik, H., 1999. Aplikasi Model Bierwith untuk Deteksi Kedalaman Laut Dangkal diTanjung Berakit Pulau Bintan. Majalah LAPAN Vol. 1. No. 1. Januari (1999).

Green, E., Edwards A. and Mumby P. (2000), Mapping Bathymetry, in Edwards A. (ed.), Remote Sensing Handbook for Tropical Coastal Management, Paris, UNESCO, pp. 219-235.

IHO (2008), IHO Standards for Hydrographic Surveys 5th Edition, Special Publication No. 44, Monaco.

Kanno, A. , Koibuchi, Y. and Isobe, M. (2011), “Shallow Water Bathymetry From Multispectral Satellite Images: Extensions Of Lyzenga’s Method For Improving Accuracy,” Coastal Engineering journal, Vol. 53, No. 4 (2011) 431–450, Japan.

Kanno, A. and Tanaka, Y. (2012), “Modified Lyzenga’s Method for Estimating Generalized Coefficients of Satellite-Based Predictor of Shallow Water Depth,” IEEE geoscience And Remote Sensing Letters, Vol. 9, No. 4, July 2012, Japan.

Mather, P.M. (2004), Computer Processing of Remotely Sensed Images, John Wiley, Chichester, U.K.

Santoso, A. I. (2008), Kajian Pulau-Pulau Kecil Terluar Untuk Menentukan Batas Wilayah Maritim Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus Pulau Nipa, Provinsi Kepulauan Riau). Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

SPOT 6 and SPOT 7 Imagery User Guide, (2013), SI/DC/13034-v1.0. Astrium Toulouse France.

United Nations. (1982). The Law of the Sea .Official Text of The United Nations on the Law of the Sea with Annexes and index. UN Publications No.E.83.V.5. New York. ISBN : 070992500X 978070992500

Downloads

Published

2016-07-25

How to Cite

Arya, A., Winarso, G., & Kurniawan, E. S. (2016). Ekstraksi Kedalaman Laut Menggunakan Data Spot-7 di Teluk Belangbelang Mamuju : Sea Depth Extraction Using Spot-7 Data in Mamuju Belangbelang Bay. Jurnal Hidropilar, 2(1), 15–25. https://doi.org/10.37875/hidropilar.v2i1.39