Studi Pemanfaatan Data Backscatter Akustik Multibeam Echosounder untuk Identifikasi Objek Dasar Laut (Studi Kasus Perairan Teluk Jakarta)

Study of Acoustic Backscatter Data Utilization Multibeam Echosounder for Identification of Seabed Objects (Case Study of Jakarta Bay Waters)

Authors

  • Yoga Prihantoro Sekolah Tinggi Teknologi Angkatyan Laut
  • Henry M. Manik Institut Pertanian Bogor
  • Anang Prasetia Adi Pusat Hidro-Oseanografi Angkatan Laut

DOI:

https://doi.org/10.37875/chartdatum.v8i1.109

Keywords:

Multibeam Echosounder, batimetri, backscatter

Abstract

Survei batimetri memiliki peranan yang penting dalam rangka menyediakan informasi spasial yang diperlukan untuk berbagai keperluan, terutama berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan bidang kelautan.  Salah satu peralatan yang digunakan untuk akuisisi data batimetri adalah Multibeam Echosounder. Hasil data yang didapatkan berupa data batimetri dan backscatter. Data backscatter Multibeam Echosounder dapat dimanfaatkan untuk menentukan klasifikasi sedimen dasar laut maupun untuk identifikasi objek dasar laut. Penelitian ini berlokasi di Teluk Jakarta pada area dengan koordinat 5°55’33.20” LS s/d 5° 57’11.38” LS dan 106°48’00.00” BT s/d 106°51’42.75” BT. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Multibeam Echosounder EM302 yang terpasang di KRI Rigel-933. Raw data batimetri diolah menggunakan perangkat lunak Caris Hips and Sips 10.4 dengan koreksi data pasang surut dan sound velocity di area penelitian, menghasilkan base surface batimetri dan mosaic backscatter. Hasil penelitian ini mendapatkan objek di area penelitian berupa kapal karam (wreck) dan dua lajur pipa di dasar laut.  Objek pertama berupa kapal karam (wreck) berada pada posisi 5°55’36.58” LS - 106°51’23.39” BT dan kedalaman minimum 15,6 meter. Nilai intensitas yang diperoleh yaitu -17,481 dB s/d -12,083 dB. Objek Pipa 1 berada pada posisi 5°55’31.92” LS – 106°51’17.03” BT sampai dengan 5°57’13.61” LS - 106°49’47.93 BT dengan kedalaman 26,1 meter sampai dengan 30,3 meter. Nilai intensitas objek Pipa 1 -26,38 dB sampai dengan -14,26 dB. Objek Pipa 2 pada posisi 5°56’58.08” LS - 106°47’58.68” BT, kedalaman antara 24,7 meter sampai dengan 26,3 meter. Nilai intensitas Pipa 2 antara -23,99 dB sampai dengan -14,99 dB.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Adi, A. P., Manik, H. M., & Pujiyati, S. (2016). Integrasi Data Multibeam Batimetri Dan Mosaik Backscatter Untuk Klasifikasi Tipe Sedimen. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, 7(1), 77-84.

Anderson, J. T., Holliday, D. V., Kloser, R., Reid, D. G., & Simard, Y. (2008). Acoustic Seabed Classification: Current Practice And Future Directions. ICES Journal of Marine Science, 65(6), 1004-1011. DOI:10.1093/icesjms/fsn061.

Dufek, T. (2012). Backscatter Analysis of Multibeam Sonar Data in the area of the Valdivia Fracture Zone using GEOCODER in CARIS HIPS&SIPS and IVS3D Fledermaus. (Doctoral Dissertation, HafenCity Universität Hamburg).

Fahrulian, F., Manik, H. M., Jaya, I., & Udrekh, U. (2016). Angular Range Analysis (ARA) and K-Means Clustering of Multibeam Echosounder Data for Determining Sediment Type. ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences, 21(4), 177-184.

Farihah, R.A., Manik, H.M., & Harsono, G. (2020). Pengukuran Dan Analisis Hambur Balik Akustik Menggunakan Teknologi Multibeam Echosounder Untuk Klasifikasi Sedimen Dasar Laut Teluk Palu. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, 12(2), 437-453.

Flood, R. D., & Ferrini, V. L. (2005). The Effect of Fine Scale Surface Rougness and Grain Size on 300 Khz Multibeam Backscatter Intensity in Sandy Marine Sedimentary Environment. Marine Geology, 228(1), 153-172. DOI:10.1016/j.margeo.2005.11.010.

Hasan, R. C., Ierodiaconou, D., Laurenson, L., & Schimel, A. (2014). Integrating Multibeam Backscatter Angular Response, Mosaic and Bathymetry Data for Benthic Habitat Mapping. PLOS ONE, 9(5), 1-14.

Hutabarat, S., & Evans, S. M. (1985). Pengantar Oseanografi. Jakarta: UI Press.

Indramawan, B. S., Adi, A. P., Djunarsjah, E., & Pandoe, W. W. (2018). Analisis Nilai Hambur Balik pada Kapal Karam (Wreck) Menggunakan Data Multibeam Echosounder di Perairan Belawan. Jurnal Chart Datum, 4(1), 51-67. https://doi.org/10.37875/chartdatum.v4i1.127

International Hydrographic Organization (IHO). (2008). Special Publication S44 5th Edition. Monaco: International Hydrographic Bureau.

International Hydrographic Organization (IHO). (2010). C-13 Manual On Hydrography. In I. H. Organization, Manual On Hydrography Chapter 4. Monaco: International Hydrographic Bureau.

Kasiram, M. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Malang: UIN Press.

Kencanawati, C. I. P. K. (2017). Bahan Ajar Mata Kuliah: Akustik, Noise, dan Material Penyerap Suara. Denpasar (ID): Universitas Udayana.

Lekkerkerk, Huibert-Jan. (2006). Handbook of Offshore Surveying: Acquisition and Processing. Fugro: Netherland.

Lubis, M. Z., Pujiyati, S., & Wulandari, P. D. (2016). Akustik Pasif untuk Penerapan di Bidang Perikanan dan Ilmu Kelautan. Jurnal Oseana, 41(2).

Lurton, X., & Leviandier, L. (2010). Underwater acoustic wave propagation. An Introduction to Underwater Acoustics: Principles and Applications (2nd Edn). Chichester: Praxis Publishing.

MacDonald, A., & Collins, C. (2008). Taking Geocoder to Work. Proceedings of the Shallow Survey Conference 2008. Portsmouth, N.H.

Masetti, G., Sacile, R., & Trucco, A. (2011). Remote Characterization Of Seafloor Adjacent To Shipwrecks Using Mosaicking And Analysis Of Backscatter Response. Italian Journal of Remote Sensing 2011, 43(2), 79-92.

Penrose J. D., Siwabessy P. J. W., Gavrilov, A., Parnum, I., Hamilton, L. J., Bickers, A., Brooke, B., Ryan, D. A., & Kennedy, P. (2005). Acoustics Techniques For Seabed Classification. Technical Report 32. Cooperative Research Centre for Coastal Zone Estuary & Waterway Management.

Poerbandono, D. E., & Djunarsjah, E. (2005). Survei Hidrografi. Bandung: Refika Aditama.

Prayoga, A. (2016). Studi Karakteristik Hambur Balik Data Multibeam Echosounder Untuk Klasifikasi Dasar Perairan (Studi Kasus Marine Electronic Highway (MEH) di One Fathom Bank Selat Malaka Tahun 2015). Jakarta: Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut.

Sasmita, D. K. (2008). Aplikasi Multibeam Echosounder System (MBES) untuk Keperluan Batimetrik. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

SHOM. (2014). OSV190 Project: Theoretical Training. (Christophe. Vrignaud, Performer).

SHOM. (2014). Training Course Theoretical Training Part 3. (Christophe Vrignaud, Performer)

Simbolon, S. (2014). Aplikasi Instrumen Multibeam Sonar dan Side Scan Sonar Untuk Mendeteksi Kapal Karam (Contoh Studi Kapal Bahuga Jaya di Perairan Selat Sunda. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Trismadi, H. D. (2017). Seabed Classification Based on Multibeam Echo Sounder Backscatter Data in the Area of Lombok Strait Indonesia. Hamburg: Hafencity Universitat.

Wahyudi, A., Manik, H. M., & Jaya I. (2017). Kuantifikasi Kapal Karam Bermaterial Logam menggunakan Multibeam Echosounder. Jurnal Teknologi Perikanan Dan Kelautan, 8(1), 59-65.

Yantarto, D. (2006). Pengantar Manajemen Survei. Jakarta.

Downloads

Published

2022-07-25

How to Cite

Prihantoro, Y., Manik, H. M., & Adi, A. P. (2022). Studi Pemanfaatan Data Backscatter Akustik Multibeam Echosounder untuk Identifikasi Objek Dasar Laut (Studi Kasus Perairan Teluk Jakarta): Study of Acoustic Backscatter Data Utilization Multibeam Echosounder for Identification of Seabed Objects (Case Study of Jakarta Bay Waters). Jurnal Chart Datum, 8(1), 41–62. https://doi.org/10.37875/chartdatum.v8i1.109